Hari Pahlawan merupakan salah satu hari besar di
Indonesia. Walau bukan sebagai hari libur nasional, hari pahlawan merupakan
salah hari bersejarah bagi rakyat Indonesia dalam upaya untuk mempertahankan
dan mengunci kemerdekaan Indonesia. Kata
Pahlawan sendiri dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti orang yang menonjol
karena keberanian dan pengorbananya. Selain itu menurut Kambali (2014:1)
“Pahlawan
berasal dari kata ‘pahala’ yang diberi imbuhan ‘-wan,’ artinya seseorang yang
mempunyai pahala, tentunya orang yang mendapatkan pahala adalah orang yang
telah berbuat baik, seperti pahlawan yang telah berkorban untuk mempertahankan
kemerdekaan Indonesia”.
Banyak
sekali istilah-istilah gelar kepahlawanan disematkan kepada orang-orang yang berjasa pada kelompok masyarakat, baik dalam
bentuk bangsa, negara maupun agama. Dalam
gelar kepahlawanan pun tidak semena-mena diberikan kepada seseorang, dalam
sejarah pun penuh dengan subjektifitas, kita melihat dari prespektif mana kita
memberikan gelar tersebut. Menurut Resink (2012:2)
“pada
abad 20 Berg melihat sebuah perilaku dan metedologi yang megarahkan ilmuwan untuk melihat
Indonesia dari perspektif India, Arab, atau Belanda. Begitu pula dari prespektif
Belandasentris, hanya sebagai pengkhususan Eropasentris dan setidaknya
ekstra-Indonesiasentris”.
Dalam hal ini gelar kepahlawanan bagaimana kita
melihat peran dan pengaruhnya terhadap kelompok masyarakat tersebut. Kita ambil
satu contoh, seorang Herman Willem Deandels bisa menjadi seorang pahlawan bila
kita lihat dari sisi Belanda karena berjasa dalam mengembalikan kekayaan negara
Belanda pada masa itu. Namun seorang Deandels dalam perspektif Indonesia
merupakan seorang yang membuat orang Indonesia sengsara dan dicap sebagai
penjajah. Masih menurut Resink (2014:5) “… kewajiban untuk menguraikan
pandangan tritunggal Eropasentris (atau Belandasentris), regiosentris (atau
jawasentris), Indonesiasentris dalam penulisan sejarah Indonesia”.
Hari Pahlawan dapat merujuk pada sejumlah peringatan hari
pahlawan nasional di berbagai negara. Hari
Pahlawan sering diselenggarakan pada hari kelahiran
pahlawan nasional
maupun peringatan peristiwa yang mengantarkan mereka jadi pahlawan.Hari
pahlawan diperingati di berbagai negara bukan hanya di Indonesia. Di Filiphina
misalnya, di negara mereka hari pahlawan diperingati pada tanggal 30 Agustus. Di
Indonesia sendiri hari pahlawan tepat diperingati pada tanggal 10 November,
hari itu bertepatan dalam Pertempuran 10 November atau dikenal pula dengan
Pertempuran Surabaya. Pertempran
Surabaya sendiri merupakan pertempuran antara pihak Indonesia dengan Sekutu. Pertempuran
Surabaya ini menjadi pertempuran pertama Indonesia dengan pihak asing pasca
Proklamasi Kemerdekaan. Selain itu pertempuran ini menjadi salah satu
pertempuran terbesar rakyat Indonesia.
Banyak hal untuk memperingati hari pahlawan terutama kita
sebagai mahasiswa pendidikan sejarah. Dalam merayakannya pun tidak hanya unsur
kesejarahannya saja namun harus mempunyai kaidah kependidikanya juga. Menurut saya
perayaan yang besar besaran dan hanya
untuk sekedar hiburan dalam perspektif seorang mahasiswa apalagi mahasiswa
pendidikan sejarah mungkin terlihat kurang dalam untuk mengartikan hari
pahlawan tersebut. Selain itu dalam hal ini kita berhak menentukan mana yang
kita sebut pahlawan ataupun bukan. Menurut Suwirta (2013:1), “Setiap generasi
berhak tidak hanya untuk menulis sejarahnya sendiri, tetapi juga perlu
menetapkan pahlawan-pahlawan baru yang sesuai dengan jiwa dan keperluan zaman”.
Selain itu menurut Kambali (2014:1),
“…
kurang setuju apabila kita mengenang jasa pahlawan dengan mengikuti perlombaan
seperti lomba panjat pinang, balap karung, balap makan kerupuk, dan lain-lain.
Mengapa? Panjat pinang adalah salah satu perlombaan yang ada sejak zaman
penjajahan Belanda dan digunakan sebagai hiburan oleh orang-orang Belanda,
mereka menertawakan orang-orang yang jatuh ke lumpur atau saling berebut
hadiah. Selain itu apakah para pahlawan akan bangga apabila perjuangan mereka
yang telah meneteskan keringat, darah dan air mata, bahkan juga nyawanya, hanya
dilambangkan dengan lomba makan kerupuk, balap karung, panjat pinang, dan
lain-lain, tentu saja tidak sebanding bukan?”.
Dalam hal ini saya kurang setuju dalam hal perayaan yang
besar dan hiburan tanpa diikuti dengan nilai-nilai dari pahlawan-pahlawan kita
yang berjuang lama untuk berlangsungnya Negara Indonesia ini. Bukan berarti
perayaan besar dilarang namun perayaan tersebut harus dilandasi dengan
nilai-nilai kepahlawanan dan mengajarkan dan memperkenalkan para
pahlawan-pahlawan kita.
Daftar Pustaka